Terpikat KWB, mahasiswa IAIN Surakarta belajar strategi branding wisata ke kota Batu.
Merdeka.com, Malang - Sekitar 50 mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan penyiaran dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta mengunjungi Pemerintah Kota (Pemkot) Batu. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menggali strategi humas Pemkot Batu dalam branding Kota Wisata. Kedatangan mahasiswa tersebut disambut langsung oleh Kepala Bagian Humas Setda Kota Batu, Santi Restuningsasi didampingi Sekretaris Dinas Pariwisata, Iwan Sufriyanto serta redaktur Agropolitan Televisi di ruang rapat lantai 3 Balaikota Among Tani.
Berdiri sejak 15 tahun lalu, kota Batu tumbuh menjadi sebuah wilayah yang berhasil dengan brandingnya sebagai kota wisata. Kota Wisata Batu hanya terdiri dari tiga kecamatan, yakni kecamatan Batu, kecamatan Bumiaji, dan kecamatan Junrejo. Meski begitu, kota Batu tumbuh menjadi salah satu destinasi wisata unggulan.
Sekretaris Dinas Pariwisata, Iwan dalam sambutannya mengungkapkan, kota batu adalah kota kecil berani membranding dirinya menjadi Kota Wisata atas kebijakan dari Walikota Batu, Eddy Rumpoko. Tak hanya di kota Batu, branding tersebut dipublikasikan melalui humas Setda Kota Batu, bilboard dan media lainnya ke kota-kota lain.
"Di Kota Batu ini banyak destinasi wisata unggulan yang wajib saudara kunjungi, seperti kata Pak Walikota kalau berkunjung di Batu jangan hanya 1 atau 2 hari. Dan silahkan menghabiskan uang di kota wisata batu karena banyak destinasi wisata menarik, diantaranya jatimpark, secret zoo, eco green park, museum angkut, predator fun park, paralayang, rafting, petik apel dan banyak lainnya," terang Iwan.
Produser Executive Agropolitan Televisi, Sarah Mawardi menyampaikan, produksi pemberitaan diawali rapat bugdeting seminggu sekali untuk mengikuti isu-isu terkini. Kemudian, video jurnalist turun kelapangan untuk pengumpulan data dan penulisan. Selanjutnya, dilakukan pengeditan, penentuan berita headline,dan penyerahan master control untuk ditayangkan.
"ATV ada 2 jam tayangan berita agropolitannews pagi (tunda) dan agropolitannews siang (live) agropolitannews sore (live)," jelas Sarah.
Di era digital seperti saat ini, kata Sarah, tantangan media televisi yakni harus berhadapan dengan native jurnalis yang semua orang bisa menjadi sumber atau subjek berita. Televisi memiliki kode etik jurnalistik terkait keakurasian berita serta berita layak dikonsumsi publik.
"Ini bisa ditemukan media ATV yang tidak bisa ada di era kebebasan digital saat ini. Karena di ATV kita masih memegang etika kuat jurnalistik dan channel tv pertama saya ATV," pungkasnya.