Tak jarang, pertunjukan ini disisipi dengan kesurupan pemain yang membuat penonton berdebar
Merdeka.com, Malang - Tak hanya terkenal dengan beragamnya jenis kuliner, Malang juga memiliki segudang budaya khas yang tak bisa diabaikan. Berbicara mengenai budaya, salah satu yang menarik dari malang adalah kesenian khas daerah yang dimilikinya.
Selain topeng malangan, seni jaran kepang merupakan kesenian Malangan yang cukup menarik untuk disaksikan. Sudah kenal dengan jaran kepang atau yang dikenal juga dengan jaranan ini? Yuk, kita intip sekilas tentang pertunjukan unik Malangan ini!
Jaran kepang merupakan salah satu pertunjukan seni yang menampilkan serombongan orang yang siap beraksi dengan jaran kepang. Jaran kepang sendiri merupakan tiruan bentuk kuda yang dibuat dari kepangan bambu atau kepangan kulit.
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Dukut Imam Widodo dan kawan-kawannya dalam bukunya yang berjudul "Malang Tempo Doeloe: Djilid Doea" , jaran kepang dulunya merupakan salah satu pertunjukan yang bergengsi di kalangan masyarakat.
Dukut bercerita bahwa salam satu rombongan jaran kepang setidaknya terdapat dua anggota besar, yaitu:
Seperti yang dikatakan Dukut, pada dasarnya rombongan jaran kepang ini mbarang (ngamen) dari kampung satu ke kampung lainnya. Jika beruntung, rombongan jaran kepang ini akan diborong untuk mengisi acara tertentu yang diadakan seseorang atau kampung tertentu.
Satu babak permainan jaran kepang bisa dihargai hingga Rp 100. Jangan salah, itu adalah jumlah uang yang tidak sedikit kala itu. Sehingga, tak heran jika menghadirkan jaran kepang di kampung merupakan suatu hal yang dianggap bergengsi. Pasalnya, hanya orang kaya yang mampu menyewa rombongan jaran kepang untuk tampil.
Hal yang paling ditunggu dari pertunjukan jaran kepang adalah saat sang pemain mengalami kesurupan atau yang disebut orang malang sebagai kalap. Hanya saja, saat sudah kalap anak-anak memilih untuk menyingkir karena takut pada orang yang kalap tersebut.
Tak jarang, pemain celengan juga akan ikut kalap. Uniknya,saat kalap mereka bisa memberikan pertunjukan yang mencengangkan dan bahkan diluar akal sehat, seperti makan beling (pecahan kaca), dan hal unik lainnya yang tak bisa dilakukan oleh orang biasa.
Akhir pertunjukan biasanya ditandai dengan pembacaan mantra oleh pimpinan rombongan. Pemimpin tersebut membacakan mantra tertentu untuk menyadarkan kembali pemain yang kalap tersebut.